Pekik Kemuliaan. Морган Райс
(Buku #9)
RINDU (Buku #10)
NASIB (Buku #11)
Mau buku gratis?
Berlangganan daftar surel Morgan Rice dan terimalah 4 buku gratis, 2 peta gratis, 1 aplikasi gratis, dan hadiah eksklusif! Untuk berlangganan, kunjungi: www.morganricebooks.com
Dengarkan serial CINCIN BERTUAH dalam format buku audio!
Hak Cipta © 2013 olah Morgan Rice
Semua hak dilindungi undang-undang. Kecuali diizinkan di bawah U.S. Copyright Act of 1976 (UU Hak Cipta tahun 1976), tidak ada bagian dari buku ini yang bisa direproduksi, didistribusikan atau dipindahtangankan dalam bentuk apapun atau dengan maksud apapun, atau disimpan dalam database atau sistem pencarian, tanpa izin sebelumnya dari penulis.
eBuku ini terlisensi untuk hiburan personal Anda saja. eBuku ini tidak boleh dijual kembali atau diberikan kepada orang lain. Jika Anda ingin membagi buku ini dengan orang lain, silahkan membeli salinan tambahan bagi tiap penerima. Jika Anda membaca buku ini dan tidak membelinya, atau tidak dibeli hanya untuk Anda gunakan, maka silahkan mengembalikannya dan membeli salinan milik Anda sendiri. Terima kasih telah menghargai kerja keras penulis ini.
Ini adalah sebuah karya fiksi. Nama, karakter, bisnis, organisasi, tempat/lokasi, acara, dan insiden adalah hasil karya imajinasi penulis atau digunakan secara fiksi. Setiap kemiripan dengan orang-orang yang sebenarnya, hidup atau mati, adalah sepenuhnya kebetulan.
Hak cipta gambar sampul oleh RazoomGame, digunakan di bawah lisensi dari Shutterstock.com.
DAFTAR ISI
“Janganlah takut pada orang-orang hebat:
beberapa sudah hebat sejak lahir,
beberapa mendapatkannya dengan perjuangan,
dan beberapa memiliki dorongan untuk menjadi hebat di dalam dirinya.”
—William Shakespeare
Malam ke-12
BAB SATU
Luanda bergegas menyeberangi medan pertempuran, menghindari kuda yang meringkik ketika ia hampir mencapai rumah kecil tempat di mana Raja Mc Cloud tinggal. Ia mencengkeram pasak besi dingin di tangannya, gemetar, saat ia menyeberangi halaman berdebu kota yang pernah dikenalnya, kota milik rakyatnya. Ia telah dipaksa selama berbulan-bulan untuk menyaksikan mereka dibantai – dan ia merasa muak. Ada sesuatu menghujam dalam dirinya. Ia tak peduli seandainya ia harus melawan seluruh prajurit McCloud- ia akan melakukan apapun untuk menghentikan pembantaian itu.
Luanda tahu bahwa apa yang akan dilakukannya adalah sesuatu hal yang gila, bahwa ia sedang mempertaruhkan nyawanya dan bahwa McCloud pasti akan membunuhnya. Namun ia menyingkirkan segala pemikiran itu seketika ia berlari. Waktunya telah tiba untuk melakukan sesuatu yang benar- apapun risikonya.
Di seberang medan pertempuran yang riuh, di tengah-tengah para prajurit, ia melihat McCloud di kejauhan, menyeret seorang gadis malang yang menjerit ke sebuah rumah bobrok-rumah kecil beratap jerami. Ia membanting pintu di