Hal-Hal Berbahaya (Ikatan Darah Buku 3). Amy Blankenship
“Kenakan pakaianmu,” Envy cemberut dan mengalihkan pandangannya ke Zackary. Tampaknya dia dan Trevor bersaudara, warna mereka begitu mirip. Satu-satunya perbedaan adalah Zackary punya rambut yang pendek dan sedikit lebih tinggi. “Oke, aku tadi siapa mereka … tapi siapa kamu?”
Zackary membungkuk elegan, “Kamu bisa menyebutku seorang penjaga,” dia tersenyum dan apinya menghilang. “Penjaga dari manusia dan makhluk paranormal,” dia membetulkan dan memandangi Trevor. “Kamu tidak memberitahunya apapun?”
“Tidak, dia tidak bilang apapun,” sembur Envy kepada Trevor dengan pandangan menjijikkan lalu mengalihkan perhatiannya kembali ke Zackary. “Penjaga? Apa tepatnya maksudmu? Dan apakah kamu dan Trevor bersaudara?” Tanyanya.
“Itu berarti kita saling melindungi kedua pihak,” jawab Trevor lalu menambahkan, “Dan tidak. Terkait keluarga, aku tidak punya.”
“Oh, sekarang kamu penuh informasi,” gumam Envy.
“Aku mencoba memberitahumu,” Trevor mengingatkannya sementara dia mengenakan celana cadangan yang dilemparkan Zachary. “Bukan salahku kamu tidak mendengarkan.”
Bibir Envy hendak memberitahunya namun terhenti … bersalah teringat kembali malam terakhir dia melihat Trevor. Dia memberitahunya bahwa dia punya urusan dengan C.I.A. namun Envy tidak mempercayainya. Dia bahkan menembaknya dengan taser karena mengira dia cukup bodoh akan percaya dengan kebohongan itu. Namun kembali lagi, bagaimana cara dia meyakinkan perempuan itu sedangkan dia sendiri menari provokatif dengan wanita lainnya?
Di sisi sebaliknya … dia memberitahunya kalau itu untuk menyamarkan pekerjaan aslinya. Envy mengkerutkan kening akibat sakit kepala dan menyimpulkan kalau Trevor jauh lebih brengsek dari bayangannya karena membuatnya memikirkan hal ini.
Chad mengawasi jaguar sebelum masuk ke dalam. Beberapa detik berikutnya dia keluar dengan pakaian jins dan melemparkannya ke Devon.
“Kami tidak membutuhkan bantuanmu,” tukas Devon sembari mengancingkan jins lalu menuju Envy dan merangkul pinggangnya.
“Oh ya? Aku menyelamatkan saudarimu sementara kamu sibuk merebut pacarku,” balas Trevor sebelum mengalihkan kembali pandangan panasnya ke Envy.
Envy menatap tajam mata perak kebiruan Trevor. Dia masih bisa melihat luka di balik itu dan membuat jantungnya tidak nyaman. Dia tidak membencinya sama sekali. Nyatanya, dia masih mencintai Trevor… namun tidak seperti dia mencintai Devon. Bibirnya terbuka mencoba menjelaskan, namun Devon memotongnya.
“Mengapa kamu ke sini? Kamu mengikuti kami?” tanya Devon, tidak menyukai fakta bahwa Trevor tetap mengawasi Envy. Dia telah membuat pilihan dan Trevor perlu menyadari fakta kecil itu sebelum dia terluka karenanya.
“Sebenarnya, dia datang kesini menemuiku,” ucap Chad setenang mungkin. Beralih ke adiknya, dia menarik tangannya lembut sembari melihat Devon melalui bahunya. “Kalau kamu tidak keberatan, aku butuh waktu khusus bersamanya sebentar.”
Segera setelah Devon melepasnya, Chad menarik adiknya ke dalam rumah dan menutup pintunya. Dia bahkan harus menahan diri untuk tidak mengunci pintu. Di samping itu, setelah apa yang baru saja dia lihat di halaman rumah, gerendel pintu tidak akan ada fungsinya.
“Kamu yakin tidak mau tinggal di sini semalam lagi? Demi kewarasanku?” dia memohon, meskipun dia tahu dia akan kehilangan kendali hidupnya beberapa waktu sebelumnya.
Envy memberikan pelukan yang diharapkan kakaknya, lalu melangkah mundur untuk menatapnya, “Aku tidak bisa. Kamu lihat sendiri apa yang terjadi di gereja malam ini. Semua orang berpencar, sehingga Warren mencoba mengadakan rapat di pagi hari.”
Dia melihat sekilas ke pintu saat pikiran lainnya melayang. “Lagi pula, tinggal bersama mereka mungkin adalah tempat teraman untuk saat ini. Faktanya, aku akan meneleponmu mengenai waktu diadakannya rapat dan entah tempatnya di Moon Dance atau Night Light. Aku ingin meminta tolong. Bawa Trevor dan bocah api itu ke rapat, karena jika apa yang kudengar adalah kenyataan … kita akan memerlukan semua bantuan yang ada.”
“Vampir?” tanya Chad kembali ke mode polisi bahkan saat dia menggosok punggung lehernya dimana rambut halus telah memutuskan untuk menetap di situ.
Envy mengangguk, mengerutkan kening, lalu menggeleng kepalanya, “ya para vampir, nm juga ada setan yang kabur dan…”
Chad meraih dan merangkulnya, “Setan? Tidak ada siapa pun yang membahas soal setan!”
Envy menarik napas lalu mengangguk, berharap apa yang akan dikatakannya membuat kakaknya merasa lebih baik, “Ya, setan. Kabar baiknya adalah kita memiliki dua malaikat di sisi kita.” Dia memberikan senyum lemah berharap dia tidak pingsan.
“Para malaikat?” Chad melepasnya dan bersandar ke dinding, “Syukurlah.”
“Tepat sekali,” angguk Envy menyaksikan kakaknya menysir rambut kepalanya dengan tangan seolah ingin menjambaknya. “Sekarang kamu berurusan dengan Trevor. Bisa tolong aku lakukan itu? Bawa dia dan Zackary ke rapat besok.” Dia menggigit bibir bawahnya tidak ingin berlama-lama. “Dan sebagai gantinya, aku tidak akan membawa barang-barangku malam ini … jika itu membuatmu merasa lebih baik.”
Chad mengangguk dan tersenyum kecil, “Sepakat.”
Dia membuka pintu dan keluar berdua namun mereka terhenti melihat Zackary berdiri diantara kedua pria dengan tangan berapi diarahkan ke keduanya.
“Oh sayang, kita pergi,” ucap Envy dan bergegas keluar pintu menyambar lengan Devon dan langsung menuju mobilnya.
Trevor mulai mengikuti namun Zackary menghentikannya, “tahan dulu, sang pencinta. Kita perlu berurusan dengan kakaknya terlebih dahulu.”
“Mari masuk dan aku akan menyeduh kopi,” tawar Chad, diikuti dengan helaan lega ketika Trevor berbalik dengan marah dan mengikutinya masuk ke rumah seperti seorang lelaki yang sedang menjalankan misi. Dia mengangguk saat Zackary mengikuti Trevor masuk, lalu menutup pintu bertanya-tanya apa yang akan dia hadapi.
Setelah mesin pembuat kopi dinyalakan, Chad kembali ke dua tamunya. Pada saat itu, dia lebih banyak memiliki pertanyaan dibandingkan jawaban dan itu tidak membantu apapun. “Sekarang apa maksud perkataan Envy bahwa ada setan yang berkeliaran? Dia juga mengatakan kalau Warren memanggil semua orang besok untuk mengadakan rapat tentang apa yang terjadi malam ini dan dia ingin kita bertiga menghadirinya.”
Trevor tidak bisa menahan senyum kecil di bibirnya. Jadi Envy ingin dia terlibat … ingin tetap dekat dengannya. Dia tidak bisa menyalahkannya. Kalau Devon yang melindunginya, dia tidak akan benar-benar merasa aman. Mengetahui kalau dia dibutuhkan membuat kemarahannya hampir mereda.
“Kita tetap harus menghadirinya bagaimana pun juga.” Dia menoleh ke Zackary yang menyetujui pernyataan tersebut. Dia tersenyum lagi menyadari kalau dia akan melihat Envy beberapa jam mendatang. “Aku rasa waktunya untuk memberitahumu apa yang sedang terjadi.”
Dia merasa jijik di dalam hati terkait bagaimana caranya menggunakan posisinya untuk mendekati Envy kembali. Dia juga sadar akan tangggapan orang lain terhadap hal itu. Devon bisa saja mengira bahwa dia kembali menggunakan Envy namun itu jauh dari kenyataan. Namun kembali lagi, dia tidak menggunakan kakaknya untuk mendekati Envy dan melaksanakan tugasnya dalam waktu yang bersamaan. Devon hanya perlu belajar bahwa semuanya adil dalam cinta dan perang … dan perubah wujud terbaik yang akan menang.
“Aku mendengarkan,” Chad menggerutu dan menyilangkan lengan di atas dadanya untuk mendapatkan perhatian Trevor kembali dari entah manapun itu.Dia tidak pernah mengganggap dirinya seorang cenayang namun dia cukup pintar dalam membaca Trevor saat itu.
“Kami tidak tahu banyak tentang setan, hanya sekadar tahu bahwa makhluk itu telah terperangkap di sini selama berabad-abad. Keberadaannya mendahului apapun yang kami miliki pada berkas P.I.T. namun kami tetap mencari petunjuk,” Zackary memulai dan berharap Trevor ikut membantu.
“Jadi kamu tahu kalau setan terpenjara di bawah pemakaman entah sudah berapa lamanya dan kamu tidak melakukan apapun tentang itu?” tuntut Chad.
Trevor menaikkan alisnya, “Apa