Perjuangan Para Pahlawan. Морган Райс
napas panas di seluruh wajahnya, merasakan tetesan air liur menetes ke dalam lehernya. Gemuruh datang jauh dari dalam dada binatang itu, membakar telinga Thor. Ia tahu ia akan mati.
Thor menutup matanya.
Tuhan, tolong. Beri saya kekuatan. Buat saya bisa melawan makhluk ini. Tolong, saya mohon pada-Mu. Saya akan melakukan apapun yang Kau minta. Saya akan berhutang besar padamu.
Dan kemudian terjadi sesuatu. Thor merasakan panas yang luar biasa muncul dalam tubuhnya, mengalir melalui pembuluh darahnya, seperti medan energi berpacu melaluinya. Ia membuka matanya dan melihat sesuatu yang membuatnya terkejut: dari telapak tangannya terpancar cahaya kuning, dan saat ia mendorongnya ke dalam leher monster, dengan menakjubkan, ia mampu menyamakan kekuatannya dan bertahan.
Thor terus mendorongnya sampai ia benar-benar menjatuhkan monster itu. Kekuatannya membesar dan ia merasakan semacam meriam energi – sekejap kemudian, monster itu melayang ke belakang, Thor melemparkannya sejauh sepuluh kaki. Monster it mendarat di punggungnya.
Thor berdiri, tidak memahami apa yang terjadi.
Monster itu memperoleh kembali kekuatannya. Kemudian, dengan marah, monster itu menyerang lagi – tapi kali ini Thor merasa berbeda. Energi yang melaluinya; ia merasa lebih kuat dibandingkan yang pernah ia rasakan sebelumnya.
Saat monster itu melompat ke udara, Thor berjongkok, meraihnya dengan perutnya, dan melemparkannya, membiarkan udara membawanya.
Monster itu melayang melewati hutan, menabrak sebuah pohon, dan jatuh ke tanah.
Thor membelalak, terkejut. Apakah ia baru saja melempar seekor Sybold?
Monster itu berkedip dua kali, kemudian menatap Thor. Monster itu berdiri dan menyerang lagi.
Kali ini, saat monster itu menerkam, Thor meraihnya tepat di lehernya. Mereka berdua jatuh ke tanah, monster berada di atas Thor. Tapi Thor bergulung ke atasnya. Thor memegangnya, menahannya dengan kedua tangan, ketika monster itu tetap mencoba menengadahkan kepalanya dan mencaplokkan taringnya pada Thor. Meleset. Thor, merasakan sebuah kekuatan baru, mencengkeramkan tangannya dan tidak membiarkannya pergi. Ia merasakan aliran energi di sekitarnya. Dan segera ia merasa dirinya sendiri dan tidak pergi. Ia merasakan aliran energi melaluinya. Dan dengan segera, dan mencengangkan, ia merasakan dirinya sendiri lebih kuat dari monster itu.
Ia mencekik Sybold sampai mati. Akhirnya, monster itu terkulai.
Thor tidak melepaskannya tidak membiarkannya pergi lagi untuk beberapa menit.
Ia berdiri perlahan, kehabisan napas, melihat ke bawah dengan mata melebar, sebagaimana ia memegang tangannya yang terluka. Apakah yang baru saja terjadi? Apakah itu Thor, yang baru saja membunuh Sybold?
Ia merasa itu adalah sebuah pertanda, pada hari ini yang lebih penting dari semua hari. Ia merasa seolah-olah sesuatu yang penting telah terjadi. Dia baru saja membunuh binatang yang paling terkenal dan ditakuti di kerajaannya. Seorang diri. Tanpa senjata. Sepertinya tidak nyata. Tidak ada yang akan percaya padanya.
Dia merasa pusing pada dunia saat ia bertanya-tanya kekuatan apa yang telah berada padanya, apa artinya, siapa dia sebenarnya. Satu-satunya orang yang diketahui memiliki kekuatan seperti itu adalah Druid. Tapi ayah dan ibunya bukan Druid, sehingga ia tidak mungkin menjadi salah satunya.
Atau mungkinkah itu?
Ia merasakan seseorang berdiri di belakangnya, Thor berputar untuk melihat Argon berdiri di sana, mengamati hewan itu.
“Bagaimana Anda bisa sampai di sini?” tanya Thor, takjub.
Argon mengabaikannya.
“Apakah Anda melihat apa yang terjadi?” tanya Thor, masih tidak percaya. “Saya tidak tahu bagaimana saya melakukannya.”
“Tapi kau tahu,” jawab Argon. “Di lubuk hatimu, kau tahu. Kau berbeda dengan yang lainnya.”
“Itu seperti…sebuah gelombang tenaga,” kata Thor. “Seperti sebuah kekuatan yang saya tidak tahu bahwa saya memilikinya.”
“Medan energi,” kata Argon. “Suatu hari kau akan bisa melakukan dengan sangat baik. Kau mungkin perlu belajar untuk mengendalikannya.”
Thor mencengkeram bahunya; rasa sakit itu menyiksa. Ia menunduk dan melihat tangannya berlumuran darah. Dia merasa pusing, khawatir apa yang akan terjadi jika ia tidak mendapatkan bantuan.
Argon mengambil tiga langkah maju, mengulurkan tangan, meraih tangan Thor yang leluasa, dan menempatkannya dengan kuat pada luka. Ia menahannya di sana, menekannya, dan memejamkan mata.
Thor merasa aliran sensasi hangat melalui lengannya. Dalam hitungan detik, darah lengket di tangannya mengering, dan dia merasa rasa sakitnya mulai memudar.
Dia menunduk dan tidak bisa memahaminya: ia telah sembuh. Yang tersisa hanyalah tiga bekas luka di mana cakar melukainya - tapi luka itu tertutup dan kelihatan berumur beberapa hari. Tidak ada darah lagi.
Thor menatap Argon dengan takjub.
“Bagaimana Anda bisa melakukannya?” tanyanya.
Argon tersenyum.
“Bukan aku. Kau yang melakukannya. Aku hanya mengarahkan kekuatanmu.”
“Tapi saya tidak memiliki kekuatan untuk menyembuhkan,” jawab Thor, tercengang.
“Benarkah?” jawab Argon.
“Saya tidak mengerti. Sama sekali tidak masuk akal,” kata Thor, semakin tidak sabar. “Tolong, beritahu saya..”
Argon memalingkan muka.
“Beberapa hal harus kau pelajari seiring berjalannya waktu.”
Thor memikirkannya.
“Apakah ini artinya saya bisa bergabung dengan Legiun Raja?” tanyanya, dengan semangat. “Tentunya jika saya bisa membunuh seorang Sybold, maka saya bisa melakukannya sendiri bersama anak-anak lainnya.”
“Tentu saja kau bisa,” jawabnya.
“Tapi mereka telah memilih saudara-saudara saya – mereka tidak memilih saya.”
“Saudara-saudaramu tidak bisa membunuh monster ini.”
Thor menatapnya, berpikir.
“Tapi mereka sudah menolak saya. Bagaimana saya bisa bergabung dengan mereka?”
“Sejak kapan seorang ksatria memerlukan undangan?” tanya Argon.
Kata-katanya tenggelam. Thor merasa tubuhnya menjadi hangat.
“Apa Anda mengatakan bahwa saya hanya harus menunjukkan muka? Tanpa diundang?”
Argon tersenyum.
“Kau ciptakan takdirmu sendiri. Bukan orang lain.”
Thor berkedip – dan sekejap kemudian, Argon hilang. Lagi.
Thor berputar ke sekeliling, melihat ke semua arah, tapi tidak ada jejaknya.
“Sebelah sini!” muncul sebuah suara.
Thor berbalik dan melihat bongkahan batu besar di depannya. Ia merasakan suara itu datang dari atas, dan ia segera memanjat batu besar itu.
Ia mencapai puncaknya, dan merasa bingung karena tidak melihat tanda-tanda Argon.
Dari titik pandang ini, bagaimana pun, ia dapat melihat seluruh Darkwood. Ia melihat ujung Darkwood, melihat matahari kedua terbit dalam warna hijau tua, dan jauh di sana, jalan yang mengarah ke Istana Raja.
“Jalan itu adalah milikmu untuk kau lalui,” muncul suara itu. “Jika kau berani.”
Thor berputar tetapi tidak melihat apapun. Itu hanyalah sebuah suara, bergema. Tapi ia tahu Argon ada di sana, di suatu tempat, menyemangatinya. Dan ia merasa, di lubuk hatinya, bahwa ia benar.
Tanpa ragu sekejap saja, Thor bergegas menuruni bebatuan dan mulai melewati hutan menuju ke jalan yang jauh di sana.
Berlari menuju takdirnya.